MAKALAH
SEJARAH PENDIDIKAN
“Perkembangan
Pendidikan Cina dan India”
Diajukan
untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata
Kuliah Sejarah Pendidikan
Oleh:
ZULFADLI
NO.STB: 2009 310 200 37
RUANGAN: B4.PAGI
JURUSAN BAHASA DAN SENI
PROGRAM STUDI BAHASA
DANSASTRA INDONESIA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN
DAN ILMU PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH BULUKUMBA
2012
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang patut kita ucapkan selain Alhamdulillah,
atas segala nikmat dan hidayah yang tak henti-hentinya Allah SWT berikan kepada
kita kami sebagai penyusun makalah ini, puji syukur hanya bagi Allah SWT yang
telah menganugrakan sedikit ilmu-Nya kepada umat manusia. Salawat dan salam
semoga terlimpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa sedikit ilmu Allah dan memberikan contoh bagaimana mengamalkan
ilmu itu, kemudian semoga pula tertumpah kepada keluarga dan sahabat Nabi.
Penyusun menyadari bahwa isi makalah ini jauh dari
kesempurnaan, karena manusia biasa itu tidak luput dari khilaf dan tepatnya
salah. Maka dari itu penyusun mangharapkan keritik dan saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan makalah selanjutnya.
Bulukumba, Oktober 2012
Penyusun
Kelompok
VII
DAFTAR
ISI
SAMPUL ................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar
Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan
Masalah ........................................................................... 1
C. Tujuan
Penulisan ............................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 2
A. Pendidikan Cina .............................................................................. 2
B. Sistem Pendidikan Cina ................................................................. 3
C. Perkembangan Pendidikan India .................................................... 6
D. Kebijakan Pendidikan India ........................................................... 8
BAB
III PENUTUP ......................................................................................... 12
A. Kesimpulan
.................................................................................... 12
B. Saran
.............................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dasar terbuka dan tidak campurtangan Inggris dalam hal ehwal
sosial kaum pendatang menyebabkan wujudnya sekolah-sekolah cina dan tamil.
Sekolah-sekolah ini dikendalikan oleh masyarakat masing-masing tanpa bantuan
daripada lnggeris hinggalah tahun 1920-an se1aras dengan tradisi mengutamakan
pelajaran dan mengekalkan kebudayaan serta identiti bangsa masyarakat Cina mula
bergiat menubuhkan sekolah Cina sejak awal abad ke 19. Masyarakat Cina yang
menganggap pendidikan sejalan dengan filsafat, bahkan menjadi alat bagi
filsafat, yang mengutamakan etika (Muhammad Said dan Junimar Affan, 1987: 119).
India telah menjadi pijakan utama dalam nilai-nilai
pembelajaran dari masa ke masa. Namun demikian, ketika negara India memiliki
beberapa universitas terbaik di dunia, seperti BITS, ISB, IITs, NITs, IISc,
IIMs, AIIMS, mereka masih harus mengatasi tantangan dalam pemenuhan pendidikan
dasar guna mencapai angka 100% melek huruf.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimanakah
sistem pendidikan Cina?
2. Bagaimanakah
perkembangan pendidikan India?
C.
Tujuan
Penulisan
1. Untuk
mengetahui istem pendidikan Cina
2. Untuk
mengetahui perkembangan pendidikan India
BAB
II
PEMBAHASA
A.
Pendidikan
Cina
Dasar terbuka dan tidak campurtangan Inggris dalam hal ehwal
sosial kaum pendatang menyebabkan wujudnya sekolah-sekolah cina dan tamil.
Sekolah-sekolah ini dikendalikan oleh masyarakat masing-masing tanpa bantuan
daripada lnggeris hinggalah tahun 1920-an se1aras dengan tradisi mengutamakan
pelajaran dan mengekalkan kebudayaan serta identiti bangsa masyarakat Cina mula
bergiat menubuhkan sekolah Cina sejak awal abad ke 19.
Keadaan ini serupa di Sabah dan
Serawak. Dasar tidak campur tangan lnggeris dalam pendidikan vernakular
menyebabkan perkembangan politik dan ekonomi negeri Cina mempengaruhi sistem
pendidikan masyarakat Cina di Semenanjung Tanah Melayu, Sabah Dan Sarawak.
Kurikulumnya berorientasikan negeri Cina, dan buku-buku teks serta guru-guru
juga dibawa masuk dari sana. Isi kurikulumnya menegaskan pengetahuan dalam
bidanrg 3M iaitu membaca, mengira dan menulis serta lukisan, Bahasa Inggeris,
Ilmu Alam, Sejarah, Kraftangan dan pengetahuan am. Pada tahun 1920-an pengaruh
kuat sekolah Cina telah menyedarkan Kerajaan Inggeris tentang bahaya
pertumbuhan sekolah Cina tanpa kawalan. Oleh itu pentadbiran lnggeris mula
memperkenalkan satu undang- undang pada tahun 1920 iaitu
Enakmen
Pendaftaran Sekolah diwujudkan. Tujuannya untuk mengelakkan sekolah ini
daripada terasing serta mengawal aktiviti sekolah ini. Bermula tahun 1924,
sebahagian sekolah-sekolah cina ini menerima bantuan kewangan daripada
kerajaan. Pada amnya, guru-ruru di sekolah ini tidak ada latihan formal
sehinggalah selepas perang Dunia Kedua apabila program latihan kelas formal
telah diadakan. Dasar pentadbiran Inggeris ini secara langsung atau tidak
langsung mewujudkan jurang pendidikan di antara anak-anak Melayu dan Cina.
B.
Sistem
Pendidikan Cina
Ada sebuah hadist mengenai pendidikan, yang dalam bahasa
Indonesia berbunyi: “Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina”. Dalam hadist ini
muncul satu negara, yaitu negeri Cina. Dari hadist ini timbul pertanyaan, ada
apa dengan pendidikan cina sehingga dapat dijadikan panutan untuk negeri lain.
Dalam buku Muhammad Said dan Junimar Affan (1987: 119) yang berjudul Mendidik
Dari Zaman ke Zaman dikatakan bahwa: “Di negeri Cina pendidikan mendapat tempat
yang penting sekali dalam penghidupan”. Dengan mendapatkan peranan yang sangat
penting dalam kehidupan masyarakat, membuat sistem pendidikan di Cina
meningkat. Sikap orang Cina yang mementingkan pendidikan di dalam kehidupannya
tela melahirkan sebuah filofis orang Cina mengenai pendidikan dan pendidikan
ini telah lama menjaga kekuasaan Cina berapa lama, sampai pada masuknya bangsa
asing ke Cina yang akan merubah wajah sistem pendidikan kuno di China. Tetapi,
pada kesempatan ini tidak menjelaskan sampai masuknya bangsa asing ke Cina.
Permulaan pendidikan Cina kuno mencampai puncak dimulai pada Dinasti Han,
dimana ajaran Kung fu Tse kembali lagi diangkat dan diterapkan dalam kehidupan
masyarakat Cina, yang sebelumnya ajaran ini dibrangus oleh penguasa sebelumnya.
Masyarakat Cina yang menganggap pendidikan sejalan dengan
filsafat, bahkan menjadi alat bagi filsafat, yang mengutamakan etika (Muhammad
Said dan Junimar Affan, 1987: 119). Anggapan ini membuat pendidikan di Cina
mengiringi kembalinya popularitas aliran filsafat Kung Fu Tse di dalam
masyarakat Cina. Pada masa Dinasti Han banyak melahirkan para sarjana-sarjana
yang kelak akan memimpin negara dan telah membuat Dinasti Han sebagai salah satu
dinasti yang besar dalam sejarah Cina. Sistem pendidikan yang dikembangkan oleh
bekas pengikut-pengikut Kung Fu Tse ini telah melahirkan sebuah golongan yang
terkenal dalam sejarah Cina dan menentukan perjalanan kekuasaan Dinasti Han,
yaitu Kaum Gentry. Kaum gentry merupakan suatu komunitas orang-orang terpelajar
yang telah menempuh pendidikan dan sistem ujian Negara. Sistem pendidikan yang
diterapkan oleh pihak pemerintahan pada saat itu pada awalnya bertujuan untuk
mencari calon-calon pejabat pemerintahan yang beraliran konfusius. Jenjang
pendidikan didasarkan atas tingkatan daerah administrative pemerintahan. Setiap
distrik memiliki sekolah-sekolah, sampai pada akademi di ibukota kerajaan.
Setiap jenjang tersebut diharuskan melewati system ujian yang terbagi ke dalam
tiga tahapan. System ujian ini dinilai sangat berat, dikarebakan dari banyak
orang yang ikut ujian ini hanya beberapa yang berhasil lulus. Kekaisaran
dinasti han telah memberikan dasar-daar pada sistem ujian di daratan Cina,
walaupun selanjutnya ada perubahan dan penambahan. Sistem pendidikan ini juga
membawa perubahan pada stratifikasi masyarakat dan pola prestise dalam
masyarakat. System pendidikan yang menghasilkan lulusan-lulusan pelajar secara
alami membentuk kelas baru, yang pada akhirnya menggeser posisi bangsawan dalam
stratifikasi masyarakat Cina. Dan pola prestise dalam masyarakat, dimana
masyarakat tidak lagi sepenuhnya memandang orang dari kepemilikan harta atau
keturunananya, tetapi masyarakat memandang seseorang dari jenjang pendidikan
yang telah ditempunya. Disamping itu, kaum gentry ini diberikan penghormatan
dan penghargaan berupa hak-hak istimewa dari pemerintahan dan masyarakat.
Pada masa Dinasti Han sudah terdapat sebuah system pendidikan
yang ketat. Para pegikut-pengikut konfusius yang berada di beberapa daerah
distrik mendirikan sekolah-sekolah yang bersifat informal. Disebut sekolah
informal dikarenakan proses belajar mengajar yang dilakukan tidak terikat oleh
tempat atau waktu. Dengan menggunakan gambar yang tertera dalam pembelajaran
dapat diketahui metode mengajar yang digunakan para guru dalam menyampaikan
bahan materi pelajaran. Jadi dari gambar dan penjelasan tersebut dapat
diketahui bahwa metode mengajar yang digunakan oleh guru pada saat itu ialah
metode ekspositori (ceramah). Penyimpulan ini dikarenakan yang dilakukakan
serupa dengan metode ekspositori, dimana guru lebih aktif disini dalam
mentransfer ilmu kepada para murid. Setelah tahapan belajar mengajar, maka
melangkah kepada tahapan evaluasi atau system ujian. System ujian yang berlaku
pada masa Dinasti Han merupakan suatu hal yang unik dalam system pendidikan
Cina. Pada masa itu sudah berkembang suatu system evaluasi yang sangat
kompleks. Menurut Rochiati Wiriaatmadja, A. Wildan, dan Dadan Wildan (2003: 144
– 145) mengatakan bahwa ujian ini dibagi ke dalam tiga tahap atau jenjang. Tiga
tahap ujian tersebut antara lain: Ujian tingkat pertama diadakan di beberapa
ibukota prefektur (kabupaten). Calon pegawai yang dapat melewati ujian tahap
pertama ini diberi gelar Hsui-Tsai, bila diartikan yaitu “bakat yang sedang
berkembang”. Selanjutnya, ujian tingkat dua yakni ujian tingkat provinsi untuk
mencapai gelar Chu-Jen, yakni “orang yang berhak mendapatkan pangkat”.
Orang-orang yang berhak mengikuti tahapan ujian ini yaitu orang-orang yang
telah mendapatkan gelar Hsui-Tsai. Para peserta ujian tidak langusng mengikuti
ujian, tetapi mereka diharuskan mengikuti latihan di akademi prefektur dalam
rangka menghadapi persiapan ujian Chu Jen. Ujian provinsi ini diadakan tiga tahun
sekali. Mereka yang dapat lulus dari ujian ini dengan nilai tertinggi akan
mendapatkan tunjangan belajar. Pada tahap akhir yaitu ujian tahap tiga yang
diadakan di ibukota kerajaan. Ujian ini diadakan setiap tiga tahun sekali,
dilaksanakan setahun setelah ujian provinsi. Tahapan ujian bertujuan untuk
mendapatkan gelar Chih Shih, yakni “Sarjana naik pangkat”.
Ujian tersebut dilaksanakan di ruang dalam bangunan-bangunan
yang sangat panjang dan lurus. Bangunan panjang tersebut terdiri dari
kamar-kamar kecil yang disekat (dapat dilihat dalam lampiran 2 & 3). Calon
pegawai tersebut tinggal di dalam kamar selama sehari untuk ujian tahap
pertama, tiga hari untuk ujian tahap kedua, dan lebih lama lagi untuk ujian
tahapan ketiga. Output-output yang dikeluarkan dari system pendidikan ini
disalurkan menjadi pegawai-pegawai pemerintahan dan mereka yang gagal dalam
mengikuti ujian ini akan menjadi tenaga-tenaga pengajar di daerah asalnya.
C.
Perkembangan Pendidikan di India
India telah menjadi pijakan utama
dalam nilai-nilai pembelajaran dari masa ke masa. Namun demikian, ketika negara
India memiliki beberapa universitas terbaik di dunia, seperti BITS, ISB, IITs,
NITs, IISc, IIMs, AIIMS, mereka masih harus mengatasi tantangan dalam pemenuhan
pendidikan dasar guna mencapai angka 100% melek huruf. Pendidikan dasar dan
wajib yang bersifat universal, disertai dengan tantangan untuk menjaga
anak-anak dari keluarga kurang mampu untuk bersekolah, serta menjaga kualitas
pendidikan di daerah pedalaman, menjadi kendala terberat untuk menuntaskan
target tersebut.
Hingga kini hanya negara bagian
Kerala yang telah melakukan pencapaian target tersebut. Seluruh tingkat
pendidikan, mulai dari tingkatan pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi,
menjadi perhatian khusus dari Department of Higher Education dan
Departement of School Education and Literacy. Pada tingkatan tersebut
diberikan subsidi sangat besar oleh Pemerintah India, meskipun terdapat wacana
menjadikan pendidikan tinggi untuk mencari pembiayaan sendiri secara terpisah.
Menurut catatan pemerintah Inggris,
pendidikan adat yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat India telah hilang pada
abad ke-18 dengan suatu pola di mana terdapat satu sekolah untuk setiap kuil,
masjid atau desa yang berada hampir di seluruh wilayah negara India. Bidang
pendidikan yang diajarkan pada saat itu meliputi teknik membaca, menulis,
aritmatika, teologi, hukum, astronomi, metafisika, etika, ilmu kedokteran, dan
agama. Sekolah-sekolah tersebut umunya diikuti oleh perwakilan pelajar dari
seluruh lapisan masyarakat.
Sistem pendidikan India saat ini
menggunakan pola dan substansi yang diadopsi dari negara barat, di mana pertama
kali diperkenalkan oleh negara Inggris pada abad ke-19 yang merupakan
rekomendasi dari Macaulay. Struktur tradisional tidaklah dikenal oleh
pemerintahan Inggris dan struktur demikian telah dihapuskan pada saat itu juga.
Mahatma Gandhi menjelaskan bahwa sistem pendidikan tradisional merupakan suatu
pohon ilmu yang sangat indah, namun telah dihancurkan selama berkuasanya
Inggris di negara tersebut. Sejarah mencatat bahwa universitas kedokteran
pertama di negara bagian Kerala dimulai di Calicut pada tahun 1942-1943 pada
masa perang dunia kedua. Dikarenakan kurangnya dokter untuk dapat diabdikan
pada tugas militer, Pemerintah Inggris memutuskan untuk membuka cabang
Universitas Kedokteran Madras di Malabar yang kemudian berada di bawah
Kepresidenan Madras. Setelah berakhirnya perang, universitas kedokteran di
Calicut ditutup dan para pelajar tersebut melanjutkan studinya di Universitas
Kedokteran Madras.
Dalam kurun waktu 1979-80,
Pemerintah India melalui Departemen Pendidikan meluncurkan suatu program
bernama Non-Formal Education (NFE) untuk anak-anak berumur kelompok 6
hingga 14 tahun yang tidak dapat bergabung dalam sekolah reguler. Anak-anak ini
termasuk mereka yang putus sekolah, anak yang sedang bekerja, anak-anak dari
area yang tidak terdapat akses untuk sekolah, dan sebagainya. Fokus utama dari
pola ini ditujukan untuk sepuluh negara bagian yang memilik pendidikan
terbelakang.. Selanjutnya, program ini diteruskan untuk daerah pedalaman
termasuk daerah perbukitan, pedesaan, dan gurun di negara-negara bagian
lainnya. Hingga kini program tersebut masih berlangsung di 25 negara bagian.
100% perbantuan diberikan kepada organisasi sosial secara sukarela untuk
menjalankan pusat NFE tersebut.
D. Kebijakan Pendidikan India
Kebijakan Nasional Pendidikan 1986
merupakan satu dari beberapa langkah maju yang dilakukan melalui penyediaan
pendidikan dasar dan rekomendasi atas pendidikan gratis dan wajib dalam rangka
pemenuhan kualitas bagi seluruh anak hingga berumur 14 tahun sebelum abad
ke-21. Tujuan dari universalisasi pendidikan dasar bersumber pada tiga aspek:
Petama, akses dan pendaftaran secara universal; Kedua, daya ingat yang
universal dari anak hingga umur empat belas tahun; dan Ketiga, membawa
peningkatan substansial kualitas pendidikan yang memungkinkan seluruh anak
untuk mencapai tingkatan yang esensial dalam belajar. Kebijakan pemerintah
yaitu untuk memotivasi anak agar menghadiri kelas secara reguler dan untuk
meningkatkan fasilitas dalam sistem persekolahan, menyediakan pelatihan untuk
guru, dan meningkatkan kemahiran belajar dari anak; serta melaksankan
pendidikan wajib dengan langkah-langkah yang mempunyai sanksi.
Upaya lainnya terhadap pemenuhan pendidikan
gratis yaitu melalui Pemerintah Negara Bagian, yang telah secara aktif
menghapuskan biaya sekolah pada Sekolah Negeri hingga sekolah dasar tingkat
atas. Usaha-usaha juga telah dilaksanakan oleh badan-badan lokal dan institusi
donor swasta untuk menjadikan pendidikan benar-benar gratis dalam segala hal.
Dalam perkara Coomon cause v. Union
of India (Perkara No. 697 Tahun 1993), Pemohon menuntut kepada Pengadilan untuk
meminta Pemerintah menyediakan segala fasilitas demi pencapaian target
universal, pendidikan gratis dan wajib untuk anak hingga berumur empat belas
tahun, paling lambat di akhir tahun 1999. Setelah mendengarkan keterangan para
pihak, Hakim yang bersangkutan menolak untuk mengabulkan permohonan Pemohon dan
menyarakan kepadanya untuk menarik kembali permohonan tersebut.
Peluang untuk mengesahkan suatu
undang-undang mengenai pendidikan gratis dan wajib serta implikasi dalam
penerapannya telah dibahas dan menjadi diskursus yang sangat menarik selama
sekian tahun. Setelah dilakukan analisa mendalam oleh berbagai ahli, wajib
pendidikan dasar juga disadari akan membawa dampak positif terhadap penghapusan
buruh anak.
Perkembangan setiap negara maju, dan
kini diikuti oleh negara berkembang, mereka telah mendeklarasikan bahwa seluruh
anak yang berumur enam hingga duabelas atau empatbelas tahun harus mengenyam
pendidikan sekolah dasar. Terlepas dari seberapa besar kebutuhannya, tidak ada
satu orang tua pun yang diizinkan untuk memutus pendidikan anak dari sekolah.
Bahkan, sekolah yang dihadirinya akan dipantau oleh badan otoritas lokal dan
pemerintahnya akan diwajibkan untuk menyediakan sekolah dasar dalam jarak yang
wajar untuk seluruh anak dalam usia sekolah. Oleh karenanya, undang-undang yang
dibuat memuat kewajiban secara spesifik bagi anak, orang tua, badan-badan
lokal, dan pemerintah. Pegawai lokal, para pengajar, dewan pengurus sekolah
dapat mengunjungi rumah orang tua sang murid yang telah memindahkan anaknya
dari sekolah guna memberitahukan bahwa menghadiri kelas adalah wajib. Dalam
waktu beberapa tahun implementasi norma tersebut telah menyadarkan seluruh
negeri India bahwa seluruh anak harus datang ke sekolah. Suatu norma seperti
ini dapat lebih dilaksanakan oleh berbagai tekanan masyarakat dibandingkan
tekanan oleh badan yang berwenang. Salah satu pandangan yang menguatkan
ketentuan tersebut bahwa kebijakan ini merupakan ekspresi dari “political will”
dan hal tersebut mengirimkan pesan kuat kepada masyarakat internasional bahwa
India sangat serius dalam menghapuskan buruh anak.
Terdapat juga satu pemikiran lain
yang meyakini bahwa ketentuan hukum dengan menyediakan pendidikan wajib mungkin
bukan suatu solusi yang efektif untuk situasi dan keadaan di negara India.
Pengalaman dari negara Afrika menunjukan bahwa legislasi seperti wajib sekolah
seharusnya tidak diperkenalkan, hal mana terdapat tempat-tempat di mana anak
ingin terdaftar di dalamnya tetapi mereka tidak dapat diterima karena minimnya
infrastruktur dan ketersediaan ruangan. Negara-negara bagian di India yang
hampir mendekati target universalisasi pendidikan dasar seperti di Kerala dan
Tamil Nadu, legislasi akan dapat membantu mereka yang keluar dari sekolah.
Pemikiran seperti ini memberikan argumen bahwa sangatlah penting untuk tidak
hanya meningkatkan anggaran umum pada dunia pendidikan tetapi juga
memperkenalkan cara-cara untuk mengurangi pembiayaan sekolah. Walaupun hal
tersebut merupakan solusi yang parsial, menurut mereka, hal itu lebih penting
untuk kepentingan orang tua yang mungkin merasakan bahwa kesempatan dan biaya
sekolah masihlah sangat tinggi. Hal ini secara esensial dapat dilihat sebagai
permasalahan sikap, yaitu sikap dari orang tua terhadap pendidikan anak-anak
mereka, sikap negara terhadap buruh anak dan terhadap peningkatan kualitas
sistem pendidikan. Suatu legislasi tidak dapat dengan sendirinya
ditegakkan.Langkah-langkah kuat dalam hal penegakkan juga harus didirikan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ada
sebuah hadist mengenai pendidikan, yang dalam bahasa Indonesia berbunyi:
“Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina”. Dalam hadist ini muncul satu negara,
yaitu negeri Cina. Dalam
buku Muhammad Said dan Junimar Affan (1987: 119) yang berjudul Mendidik Dari
Zaman ke Zaman dikatakan bahwa: “Di negeri Cina pendidikan mendapat tempat yang
penting sekali dalam penghidupan”. Dengan mendapatkan peranan yang sangat
penting dalam kehidupan masyarakat, membuat sistem pendidikan di Cina
meningkat.
Dalam kurun waktu 1979-80,
Pemerintah India melalui Departemen Pendidikan meluncurkan suatu program
bernama Non-Formal Education (NFE) untuk anak-anak berumur kelompok 6
hingga 14 tahun yang tidak dapat bergabung dalam sekolah reguler. Anak-anak ini
termasuk mereka yang putus sekolah, anak yang sedang bekerja, anak-anak dari
area yang tidak terdapat akses untuk sekolah, dan sebagainya.
B. Saran
Kami dari kelompok VII hanya dapat
memberikan saran Bagi para pembaca, jika ingin menambah wawasan dan ingin
mengetahui lebih jauh lagi, maka penulis mengharapkan dengan rendah hati agar
membaca referensi atau buku-buku panduan lainnya.
Akhirnya, semoga makalah ini dapat
bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi kita semua. Amien…..
DAFTAR PUSTAKA
http://juanfranklinsagrim.blogspot.com.2010 Pendidikan di Cina dan Sistem Pendidikan Cina.