Sabtu, 28 Desember 2013

MAKALAH AIK ''GERAKAN MUHAMMADIYAH''



MAKALAH AIK
“GERAKAN MUHAMMADIYAH”


OLEH:

ZULFADLI
2009 310 200 37
B4-Pagi

JURUSAN BAHASA DAN SENI
PROGRAM STUDI PEND. BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
MUHAMMADIYAH BULUKUMBA
2013



KATA PENGANTAR



 

Puji dan syukur penulis panjtkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat, taufik serta hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan sebuah makalah yang berjudul “Gerakan Muhammadiyah”. Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah AIK I. Selain itu, untuk menambah wawasan dan pengetahuan yang lebih luas berkenaan dengan judul makalah yang kami susun.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan penyusunan makalah selanjutnya.
Akhirnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi kita semua. Amien…..

Bulukumba,                          2013
Penyusun

ZULFADLI

 

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Muhammadiyah sebuah organisasi yang dibentuk dengan nama yang berhubungan dengan nama Nabi terakhir Muhammad Saw. berdasarkan nama itu diharapkan setiap anggota Muhammadiyah dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat dapat menyesuaikan diri dengan pribadi Nabi Muhammad Saw. dan Muhammadiyah menjadi organisasi akhir zaman.
Muhammadiyah yang didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada tanggal 18 November 1912 Masehi atau 8 Dzulhijjah 1330 Hijriah merupakan alternatif dan jawaban dari berbagai permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia khususnya umat Islam. Masalah utama yang dihadapi pada awal kelahirannya, antara lain, meringkuk di bawah cengkraman penjajahan kolonial Belanda, kemudian hidup dalam kemiskinan dan kemelaratan serta kebodohan.
Demikianlah Muhammadiyah didirikan. Organisasi ini mempunyai tujuan maksud “menyebarkan pengajaran Kanjeng Nabi Muhammad s.a.w. kepada penduduk bumiputera” dan “memajukan hal agama Islam kepada anggota-anggotanya”. Untuk mencapai ini organisasi itu bermaksud mendidikan lembaga-lembaga pendidikan, mengadakan rapat-rapat dan tabligh di mana dibicarakan masalah-masalah Islam, mendirikan wakaf dan masjid-masjid serta menerbitkan buku-buku, brosur-brosur, surat-surat kabar dan majalah-majalah.
Selanjutnya, pada umat Islam terlihat ketidakmurnian amalan Islam, meluasnya pengaruh kristenisasi, sementara lembaga pendidikan yang dimiliki umat Islam yang akan mencerdaskan kehidupan bangsa sangat terbatas dan belum mampu menyiapkan generasi yang siap mengemban misi selaku khalifah Allah di muka bumi. Pada waktu itu, menurut Abuddin Nata sistem pendidikan ditandai dengan adanya sistem pendidikan yang dikotomis antara pendidikan agama dan pendidikan umum. Di satu segi terdapat pendidikan agama tanpa mengajarkan pengetahuan umum, dan di satu sisi terdapat pendidikan umum yang tidak mengajarkan agama.
B.     Rumusan Masalah
Untuk memudahkan dalam penulisan makalah ini, penulis menfokuskan pada pembahasan tertentu yang penulis rumuskan ke dalam empat pertanyaan berikut ini:
1.      Apakah arti Muhammadiyah?
2.      Bagaimanakah latar belakang berdirinya Muhammadiyah?
3.      Bagaimanakah bentuk dan maksud lambang Muhammadiyah?
4.      Bagaimanakah perkembangan Muhammadiyah?
C.    Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu berikut ini:
1.      Untuk mengetahui arti Muhammadiyah.
2.      Untuk mengetahui latar belakang berdirinya Muhammadiyah.
3.      Untuk mengetahui bentuk dan maksud lambang Muhammadiyah.
4.      Untuk mengetahui perkembangan Muhammadiyah secara garis besar.


BAB II
PEMBAHASAN
GERAKAN MUHAMMADIYAH
A.    Tokoh Pendiri Muhammadiyah
Pendiri Muhammadiyah adalah KHA. Dahlan. Ia lahir di Kampung Kauman, Yogyakarta, pada tahun 1868 M dengan nama Muhammadiyah Darwis. Ayahnya adalah KH. Abubakar, seorang khatib Masjid besar Kesultanan Yogyakarta, yang apabila dilacak silsilahnya sampai kepada Maulana Malik Ibrahim. Ibunya bernama Siti Aminah, putri KH. Ibrahim, Penghulu kesultanan Yogyakarta. Jadi Muhammad Darwis itu dari pihak ayah maupun ibunya adalah keturunan ulama.
Di masyarakat Kauman khususnya ada pendapat umum bahwa barang siapa yang memasuki sekolah Gubernemen dianggap kafir atau Kristen. Oleh karena itu ketika menginjak usia sekolah Muhammad Darwis tidak disekolahkan melainkan diasuh dan dididik mengaji Al-Qur’an dan dasar-dasar ilmu agama Islam oleh ayahnya sendiri di rumah. (Djarnawati Hadikusumo, hal. 74). Pada usia delapan tahun ia telah lancar membaca Al-Qur’an hingga khatam. Selanjutnya ia belajar Fiqih kepada KH. Muhammad Shaleh, dan Nahwu kepada KH. Muhsin. Keduanya adalah kakak ipar Muhammad Darwis sendiri. Ia juga berguru kepada KH. Muhammad Nur dan KH. Abdul Hamid dan berbagai ilmu. Pada tahun 1889 M ia dikawinkan dengan Siti Walidah, putri KH. Muhammad Fadil, kepada penghulu kesultanan Yogyakarta, (Sudjak, Muhammadiyah dan Pendirinya, 1989:2). Jadi Siti Walidah itu masih saudara sepupu Muhammad Darwis.
B.     Arti Muhammadiyah
Persyarikatan Muhammadiyah sudah dikenal luas sejak beberapa puluh tahun yang lalu, baik oleh masyarakat internasional, khususnya oleh masyarakat Alam Islamy. Nama Muhammadiyah sudah sangat akrab di telinga masyarakat umum sekarang ini. Adapun arti Muhammadiyah dapat dilihat dari dua segi yaitu arti bahasa atau etimologis, dan arti istilah atau terminologis.
1)      Arti Bahasa (Etimologis)
Muhamadiyah berasal dari kata bahasa Arab "Muhammad", yaitu nama nabi dan rasul Allah yang terkhir. Kemudian mendapatkan "ya" nisbiyah, yang artinya menjeniskan. Jadi, Muhamadiyah berarti "umat Muhammad saw." atau "pengikut Muhammad saw.", yaitu semua orang Islam yang mengakui dan meyakini bahwa Nabi Muhammad saw. adalah hamba dan pesuruh Allah yang terakhir.
2)      Arti Istilah (Terminologi)
Secara istilah, Muhamadiyah merupakan gerakan Islam, dakwah amar makruf nahi munkar, berakidah Islam dan bersumber pada Alquran dan sunah, didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Zulhijah 1330 H, bertepatan 18 November 1912 Miladiyah di kota Yogyakarta. Gerakan ini diberi nama Muhammadiyah oleh pendirinya dengan maksud untuk berpengharapan baik, dapat mencontoh dan meneladani jejak perjuangan Rasulullah saw. dalam rangka menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam, semata-mata demi terwujudnya 'Izzul Islam wal muslimin, kejayaan Islam sebagai realita dan kemuliaan hidup umat Islam sebagai realita
C.    Latar Belakang Berdirinya Muhammadiyah
1)      Faktor Subyektif
Faktor Subyektif yang sangat kuat, bahkan dikatakan sbagai faktor utama dan faktor penentu yang mendorong berdirinya Muhammadiyah adalah hasil pendalaman KHA. Dahlan terhadap Al Qur'an dalam menelaah, membahas dan meneliti dan mengkaji kandungan isinya. Sikap KHA. Dahlan seperti ini sesungguhnya dalam rangka melaksanakan firman Allah sebagaimana yang tersimpul dalam dalam surat An-Nisa ayat 82 dan surat MUhammad ayat 24 yaitu melakukan taddabur atau memperhatikan dan mencermati dengan penuh ketelitian terhadap apa yang tersirat dalam ayat. Sikap seperti ini pulalah yang dilakukan KHA. Dahlan ketika menatap surat Ali Imran ayat 104 : "Dan hendaklah ada diantara kamu sekalian segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung ". Memahami seruan diatas, KHA. Dahlan tergerak hatinya untuk membangan sebuah perkumpulan, organisasi atau persyarikatan yang teratur dan rapi yang tugasnya berkhidmad pada melaksanakan misi dakwah Islam amar Makruf Nahi Munkar di tengah masyarakat luas.
2)      Faktor Obyektif
Ada beberapa sebab yang bersifat objektif yang melatarbelakangi berdirinya Muhammadiyah, yang sebagian dapat dikelompokkan dalam faktor internal, yaitu faktor-faktor penyebab yang muncul di tengah-tengah kehidupan masyarakat Islam Indonesia, dan sebagiannya dapat dimasukkan ke dalam faktor eksternal, yaitu faktor-faktor penyebab yang ada di luar tubuh masyarakat Islam Indonesia.
ð Faktor obyektif yang bersifat internal
a.       Ketidakmurnian amalan Islam akibat tidak dijadikannya Al-Quran dan as-Sunnah sebagai satu-satunya rujukan oleh sebagian besar umat Islam Indonesia.
b.      Lembaga pendidikan yang dimiliki umat Islam belum mampu menyiapkan generasi yang siap mengemban misi selaku ”Khalifah Allah di atas bumi”
ð Faktor obyektif yang bersifat eksternal
a.       Semakin meningkatnya Gerakan Kristenisasi di tengah-tengah masyarakat Indonesia.
b.      Penetrasi Bangsa-bangsa Eropa, terutama Bangsa Belanda ke Indonesia.
c.       Pengaruh dari Gerakan Pembaharuan dalam dunia Islam
D.    Lambang Muhammadiyah
1)      Bentuk Lambang
Lambang persyarikatan berbentuk matahari yang memancarkan  duabelas sinar yang mengarah ke segala penjuru dengan sinarnya yang putih bersih bercahaya. Di tengah-tengah matahari terdapat tulisan dengan huruf Arab : Muhammadiyah. Pada lingkaran yang mengelilingi tulisan huruf Arab berwujud kalimat syahadat tauhid : asyhadu anal ila,ha illa Allah (saya bersaksi bahwasannya tidak ada Tuhan kecuali Allah); di lingkaran sebelah atas dan pada lingkaran bagian bawah tertulis kalimat syahadat Rasul : wa asyhadu anna Muhammaddar Rasulullah (dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah). Seluruh Gambar matahari dengan atributnya berwarna putih dan terletak di atas warna dasar hijau daun.
2)      Maksud Lambang Muhammadiyah
Matahari merupakan salah satu benda langit ciptaan ( Mahkluk ) Allah. Dalam sistem tatasurya, matahari menempati posisi sentral ( heliosentris ) yaitu menjadi titik pusat dari semua planet-planet lain. Matahari juga merupakan benda langit yang dari dirinya sendiri memilikikekuatan dalam memancarkan sinar panas yang sangat berguna bagi kehidupan biologissemua makhluk hidup yang ada diatas bumi. Dan tanpa panas sinar matahari bumi akanmemebeku dan gelap gulita, sehingga semua makhluk hidup tidak mungkin dapatmeneruskan kehidupannya.
Muhammadiyah menggambarkan jati diri, gerak, serta mamfaatnya sebagaimanamatahari. Kalau matahari menjadi penyebab lahiriyah berlangsungnya kehidupan secara  biologis  bagi  seluruh makhluk hidup  yang ada di bumi, maka muhammadiyah juga akanmenjadi penyebab lahirnya, berlangsungnya kehidupan secara spiritual, rohaniah bagi semuaorang yang mau menerima pancaran sinarnya yang berupa ajaran agama islam sebagaimanayang tewrmuat dalam Al-Qur”an dan as Sunnah. Ajaran islam yang hak dan lagi sempurna itu semuanya berintikan dua kalimat syahadat.Dua belas sinar matahari yang memancar ke seluruh penjuru mengibaratkan tekad dansemangat pantang menyerah dari warga muhammadiyah dalam memperjuangkan islam ditengah-tengah masyarakat Indonesia sebagai tekad dan semangat pantang mundur sertamenyerahkan dari kaum Hawary, yaitu sahat nabi Isa as. yang jumlahnya ada dua belasorang. Karena tekad dan semangat telah teruji secara meyakinkan maka Allah pun berkenanmengabadikan mereka dalam salah satu ayat Al-Qur”an, yaitu surat As – Shaf ayat 14 : “Wahai sekalian orang yang beriman ! jadikanlah kalian penolong-penolong (agama) Allah, sebagaimana ucapan Isa putra Maryam kepada kaum Hawary: “Siapa yang bersedia menolongku (semata-mata untuk menegakkan agama Allah), lalu segolongan Bani Israil  beriman  dan  segolongan  (yang lain) kafir: maka  kami berikan kekuatan kepada orang- orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, maka jadilah mereka orang-orang yang menang”
E.     Maksud dan Tujuan Muhammadiyah
Maksud dan tujuan Muhammadiyah sebagaimana yang telah dirumuskan dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.       Menegakkan,
Yaitu  membuat dan mengupayakan agar tetap tegak dan tidak condong apalagi roboh; yang semua itu dapat terealisasikan manakah sesuatu yang ditegakkan tersebut diletakkan di atas fondasi, landasan, atau asas yang kokoh dan solid, dipegang erat-erat, dipertahankan, dibela serta diperjuangkan dengan penuh konsekuen.
b.      Menjunjung Tinggi
Yaitu membawa atau menjunjung di atas segala-galanya, mengindahkan serta menghormatinya.
c.       Agama Islam
Yaitu Agama Allah yang diwahyukan kepada para Rasul-Nya sejak Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa sampai kepada Nabi penutup Muhammad Saw. sebagai hidayah dan rahmat Allah kepada umat manusia sepanjang zaman, serta menjamin kesejahteraan hakiki duniawi maupun ukhrawi
d.      Terwujud
Yaitu menjadi satu kenyataan akan adanya atau wujudnya.
e.       Masyarakat Utama
Yaitu masyarakat yang senantiasa mengejar keutamaan dan kemaslahatan untuk kepentingan hidup umat manusia, masyarakat yang selalu bersikap takzim terhadap Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa, mengindahkan dengan penuh keikhlasan terhadap ajaran-ajaran-Nya, serta menaruh hormat terhadap sesama manusia selaku makhluk Allah yang memiliki martabat absanu taqwim.
f.       Adil dan Makmur
Yaitu suatu kondisi masyarakat yang didalamnya terpenuhi dua kebutuhan hidup yang pokok.
Dengan ringkasan di atas dan dengan kata lain, bahwa maksud dan tujuan muhammadiyah ialah: “Membangun, memelihara dan memegang teguh agama Islam dengan rasa ketaatan melebihi ajaran dan faham-faham lainnya, untuk mendapatkan suatu kehidupan dalam diri, keluarga dan masyarakat yang sungguh adil, makmur, bahagia-sejahtera, aman-sejahtera, lahir dan batin dalam naungan dan ridho Allah Swt.
F.     Perkembangan Muhammadiyah
Secara garis besar perkembangan Muhammadiyah dapat dibedakan menjadi:
1.      Perkembangan secara vertikal
Yaitu perkembangan dan perluasan gerakan Muhammadiyah keseluruh penjuru tanah air, berupa berdirinya wilayah-wilayah ditiap-tiap provinsi, daerah-daerah di tiap-tiap kabupaten kotamadya, cabang-cabang dan ranting-ranting serta jumlah anggota yang bertebaran dimana-mana.
2.      Perkembangan secara horizontal
Yaitu perkembangan dan perlunasan amal usaha Muhammadiyah, yang meliputi berbagai bidang kehidupan. Hal ini dengan pertimbangan karena bertambah luas serta banyaknya hal-hal yang harus diusahakan oleh Muhammadiyah, sesuai dengan maksud dan tujuannya. Maka dibentuklah kesatuan-kesatuan kerja yang berkedudukan sebagai badan pembantu pimpinan persyarikatan. Kesatuan-kesatuan kerja tersebut berupa majelis-majelis dan badan-badan.














BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari hasil pembahasa di atas penulis hanya dapat memberikan kesimpulan bahwa Muhammadiyah yang didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada tanggal 18 November 1912 Masehi atau 8 Dzulhijjah 1330 Hijriah merupakan alternatif dan jawaban dari berbagai permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia khususnya umat Islam. Masalah utama yang dihadapi pada awal kelahirannya, antara lain, meringkuk di bawah cengkraman penjajahan kolonial Belanda, kemudian hidup dalam kemiskinan dan kemelaratan serta kebodohan.
Maksud dan tujuan muhammadiyah ialah: “Membangun, memelihara dan memegang teguh agama Islam dengan rasa ketaatan melebihi ajaran dan faham-faham lainnya, untuk mendapatkan suatu kehidupan dalam diri, keluarga dan masyarakat yang sungguh adil, makmur, bahagia-sejahtera, aman-sejahtera, lahir dan batin dalam naungan dan ridho Allah Swt.
B.     Saran
Setelah penulis gali, kaji dan simpulkan maka penulis hanya dapat memberikan sarah bahwa karena Muhammadiyah bergerak dalam bidang nahi mungkar, maka lembaga pendidikan Muhammadiyah tidak boleh terlepas sifat gerakan yang telah dirumuskan dalam “Kepribadian Muhammadiyah” dan hakikat Muhammadiyah sebagai gerakan islam dan dakwa amar ma’ruf nahi mungkar harus diterjemahkan kedalam pendidikan sekolah Muhammadiyah tersebut. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amin...


Jumat, 25 Januari 2013

MAKALAH SEJARAH PENDIDIKAN "Perkembangan Pendidikan Cina dan India"

 MAKALAH
SEJARAH PENDIDIKAN
“Perkembangan Pendidikan Cina dan India”


Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Sejarah Pendidikan




Oleh:
ZULFADLI
NO.STB: 2009 310 200 37
RUANGAN: B4.PAGI




JURUSAN BAHASA DAN SENI
PROGRAM STUDI BAHASA DANSASTRA INDONESIA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH BULUKUMBA
2012
KATA PENGANTAR

Tiada kata yang patut kita ucapkan selain Alhamdulillah, atas segala nikmat dan hidayah yang tak henti-hentinya Allah SWT berikan kepada kita kami sebagai penyusun makalah ini, puji syukur hanya bagi Allah SWT yang telah menganugrakan sedikit ilmu-Nya kepada umat manusia. Salawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW  yang telah membawa sedikit ilmu Allah  dan memberikan contoh bagaimana mengamalkan ilmu itu, kemudian semoga pula tertumpah kepada keluarga dan sahabat Nabi.
Penyusun menyadari bahwa isi makalah ini jauh dari kesempurnaan, karena manusia biasa itu tidak luput dari khilaf dan tepatnya salah. Maka dari itu penyusun mangharapkan keritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah selanjutnya.

Bulukumba,   Oktober 2012
Penyusun
Kelompok VII



DAFTAR ISI

SAMPUL ................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I        PENDAHULUAN .............................................................................. 1
       A. Latar Belakang ................................................................................ 1
       B. Rumusan Masalah ........................................................................... 1
       C. Tujuan Penulisan ............................................................................. 1
BAB II       PEMBAHASAN.................................................................................. 2
       A. Pendidikan Cina .............................................................................. 2
       B. Sistem Pendidikan Cina  ................................................................. 3
       C. Perkembangan Pendidikan India .................................................... 6
       D. Kebijakan Pendidikan India ........................................................... 8
BAB III     PENUTUP ......................................................................................... 12
A.  Kesimpulan .................................................................................... 12
B.  Saran .............................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA






BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dasar terbuka dan tidak campurtangan Inggris dalam hal ehwal sosial kaum pendatang menyebabkan wujudnya sekolah-sekolah cina dan tamil. Sekolah-sekolah ini dikendalikan oleh masyarakat masing-masing tanpa bantuan daripada lnggeris hinggalah tahun 1920-an se1aras dengan tradisi mengutamakan pelajaran dan mengekalkan kebudayaan serta identiti bangsa masyarakat Cina mula bergiat menubuhkan sekolah Cina sejak awal abad ke 19.  Masyarakat Cina yang menganggap pendidikan sejalan dengan filsafat, bahkan menjadi alat bagi filsafat, yang mengutamakan etika (Muhammad Said dan Junimar Affan, 1987: 119).
India telah menjadi pijakan utama dalam nilai-nilai pembelajaran dari masa ke masa. Namun demikian, ketika negara India memiliki beberapa universitas terbaik di dunia, seperti BITS, ISB, IITs, NITs, IISc, IIMs, AIIMS, mereka masih harus mengatasi tantangan dalam pemenuhan pendidikan dasar guna mencapai angka 100% melek huruf.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah sistem pendidikan Cina?
2.      Bagaimanakah perkembangan pendidikan India?
C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui istem pendidikan Cina
2.      Untuk mengetahui perkembangan pendidikan India

BAB II
PEMBAHASA
A.    Pendidikan Cina
Dasar terbuka dan tidak campurtangan Inggris dalam hal ehwal sosial kaum pendatang menyebabkan wujudnya sekolah-sekolah cina dan tamil. Sekolah-sekolah ini dikendalikan oleh masyarakat masing-masing tanpa bantuan daripada lnggeris hinggalah tahun 1920-an se1aras dengan tradisi mengutamakan pelajaran dan mengekalkan kebudayaan serta identiti bangsa masyarakat Cina mula bergiat menubuhkan sekolah Cina sejak awal abad ke 19.
    Keadaan ini serupa di Sabah dan Serawak. Dasar tidak campur tangan lnggeris dalam pendidikan vernakular menyebabkan perkembangan politik dan ekonomi negeri Cina mempengaruhi sistem pendidikan masyarakat Cina di Semenanjung Tanah Melayu, Sabah Dan Sarawak. Kurikulumnya berorientasikan negeri Cina, dan buku-buku teks serta guru-guru juga dibawa masuk dari sana. Isi kurikulumnya menegaskan pengetahuan dalam bidanrg 3M iaitu membaca, mengira dan menulis serta lukisan, Bahasa Inggeris, Ilmu Alam, Sejarah, Kraftangan dan pengetahuan am. Pada tahun 1920-an pengaruh kuat sekolah Cina telah menyedarkan Kerajaan Inggeris tentang bahaya pertumbuhan sekolah Cina tanpa kawalan. Oleh itu pentadbiran lnggeris mula memperkenalkan satu undang- undang pada tahun 1920 iaitu
    Enakmen Pendaftaran Sekolah diwujudkan. Tujuannya untuk mengelakkan sekolah ini daripada terasing serta mengawal aktiviti sekolah ini. Bermula tahun 1924, sebahagian sekolah-sekolah cina ini menerima bantuan kewangan daripada kerajaan. Pada amnya, guru-ruru di sekolah ini tidak ada latihan formal sehinggalah selepas perang Dunia Kedua apabila program latihan kelas formal telah diadakan. Dasar pentadbiran Inggeris ini secara langsung atau tidak langsung mewujudkan jurang pendidikan di antara anak-anak Melayu dan Cina.
B.     Sistem Pendidikan Cina
Ada sebuah hadist mengenai pendidikan, yang dalam bahasa Indonesia berbunyi: “Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina”. Dalam hadist ini muncul satu negara, yaitu negeri Cina. Dari hadist ini timbul pertanyaan, ada apa dengan pendidikan cina sehingga dapat dijadikan panutan untuk negeri lain. Dalam buku Muhammad Said dan Junimar Affan (1987: 119) yang berjudul Mendidik Dari Zaman ke Zaman dikatakan bahwa: “Di negeri Cina pendidikan mendapat tempat yang penting sekali dalam penghidupan”. Dengan mendapatkan peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat, membuat sistem pendidikan di Cina meningkat. Sikap orang Cina yang mementingkan pendidikan di dalam kehidupannya tela melahirkan sebuah filofis orang Cina mengenai pendidikan dan pendidikan ini telah lama menjaga kekuasaan Cina berapa lama, sampai pada masuknya bangsa asing ke Cina yang akan merubah wajah sistem pendidikan kuno di China. Tetapi, pada kesempatan ini tidak menjelaskan sampai masuknya bangsa asing ke Cina. Permulaan pendidikan Cina kuno mencampai puncak dimulai pada Dinasti Han, dimana ajaran Kung fu Tse kembali lagi diangkat dan diterapkan dalam kehidupan masyarakat Cina, yang sebelumnya ajaran ini dibrangus oleh penguasa sebelumnya.
Masyarakat Cina yang menganggap pendidikan sejalan dengan filsafat, bahkan menjadi alat bagi filsafat, yang mengutamakan etika (Muhammad Said dan Junimar Affan, 1987: 119). Anggapan ini membuat pendidikan di Cina mengiringi kembalinya popularitas aliran filsafat Kung Fu Tse di dalam masyarakat Cina. Pada masa Dinasti Han banyak melahirkan para sarjana-sarjana yang kelak akan memimpin negara dan telah membuat Dinasti Han sebagai salah satu dinasti yang besar dalam sejarah Cina. Sistem pendidikan yang dikembangkan oleh bekas pengikut-pengikut Kung Fu Tse ini telah melahirkan sebuah golongan yang terkenal dalam sejarah Cina dan menentukan perjalanan kekuasaan Dinasti Han, yaitu Kaum Gentry. Kaum gentry merupakan suatu komunitas orang-orang terpelajar yang telah menempuh pendidikan dan sistem ujian Negara. Sistem pendidikan yang diterapkan oleh pihak pemerintahan pada saat itu pada awalnya bertujuan untuk mencari calon-calon pejabat pemerintahan yang beraliran konfusius. Jenjang pendidikan didasarkan atas tingkatan daerah administrative pemerintahan. Setiap distrik memiliki sekolah-sekolah, sampai pada akademi di ibukota kerajaan. Setiap jenjang tersebut diharuskan melewati system ujian yang terbagi ke dalam tiga tahapan. System ujian ini dinilai sangat berat, dikarebakan dari banyak orang yang ikut ujian ini hanya beberapa yang berhasil lulus. Kekaisaran dinasti han telah memberikan dasar-daar pada sistem ujian di daratan Cina, walaupun selanjutnya ada perubahan dan penambahan. Sistem pendidikan ini juga membawa perubahan pada stratifikasi masyarakat dan pola prestise dalam masyarakat. System pendidikan yang menghasilkan lulusan-lulusan pelajar secara alami membentuk kelas baru, yang pada akhirnya menggeser posisi bangsawan dalam stratifikasi masyarakat Cina. Dan pola prestise dalam masyarakat, dimana masyarakat tidak lagi sepenuhnya memandang orang dari kepemilikan harta atau keturunananya, tetapi masyarakat memandang seseorang dari jenjang pendidikan yang telah ditempunya. Disamping itu, kaum gentry ini diberikan penghormatan dan penghargaan berupa hak-hak istimewa dari pemerintahan dan masyarakat.
Pada masa Dinasti Han sudah terdapat sebuah system pendidikan yang ketat. Para pegikut-pengikut konfusius yang berada di beberapa daerah distrik mendirikan sekolah-sekolah yang bersifat informal. Disebut sekolah informal dikarenakan proses belajar mengajar yang dilakukan tidak terikat oleh tempat atau waktu. Dengan menggunakan gambar yang tertera dalam pembelajaran dapat diketahui metode mengajar yang digunakan para guru dalam menyampaikan bahan materi pelajaran. Jadi dari gambar dan penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa metode mengajar yang digunakan oleh guru pada saat itu ialah metode ekspositori (ceramah). Penyimpulan ini dikarenakan yang dilakukakan serupa dengan metode ekspositori, dimana guru lebih aktif disini dalam mentransfer ilmu kepada para murid. Setelah tahapan belajar mengajar, maka melangkah kepada tahapan evaluasi atau system ujian. System ujian yang berlaku pada masa Dinasti Han merupakan suatu hal yang unik dalam system pendidikan Cina. Pada masa itu sudah berkembang suatu system evaluasi yang sangat kompleks. Menurut Rochiati Wiriaatmadja, A. Wildan, dan Dadan Wildan (2003: 144 – 145) mengatakan bahwa ujian ini dibagi ke dalam tiga tahap atau jenjang. Tiga tahap ujian tersebut antara lain: Ujian tingkat pertama diadakan di beberapa ibukota prefektur (kabupaten). Calon pegawai yang dapat melewati ujian tahap pertama ini diberi gelar Hsui-Tsai, bila diartikan yaitu “bakat yang sedang berkembang”. Selanjutnya, ujian tingkat dua yakni ujian tingkat provinsi untuk mencapai gelar Chu-Jen, yakni “orang yang berhak mendapatkan pangkat”. Orang-orang yang berhak mengikuti tahapan ujian ini yaitu orang-orang yang telah mendapatkan gelar Hsui-Tsai. Para peserta ujian tidak langusng mengikuti ujian, tetapi mereka diharuskan mengikuti latihan di akademi prefektur dalam rangka menghadapi persiapan ujian Chu Jen. Ujian provinsi ini diadakan tiga tahun sekali. Mereka yang dapat lulus dari ujian ini dengan nilai tertinggi akan mendapatkan tunjangan belajar. Pada tahap akhir yaitu ujian tahap tiga yang diadakan di ibukota kerajaan. Ujian ini diadakan setiap tiga tahun sekali, dilaksanakan setahun setelah ujian provinsi. Tahapan ujian bertujuan untuk mendapatkan gelar Chih Shih, yakni “Sarjana naik pangkat”.
Ujian tersebut dilaksanakan di ruang dalam bangunan-bangunan yang sangat panjang dan lurus. Bangunan panjang tersebut terdiri dari kamar-kamar kecil yang disekat (dapat dilihat dalam lampiran 2 & 3). Calon pegawai tersebut tinggal di dalam kamar selama sehari untuk ujian tahap pertama, tiga hari untuk ujian tahap kedua, dan lebih lama lagi untuk ujian tahapan ketiga. Output-output yang dikeluarkan dari system pendidikan ini disalurkan menjadi pegawai-pegawai pemerintahan dan mereka yang gagal dalam mengikuti ujian ini akan menjadi tenaga-tenaga pengajar di daerah asalnya.

C.    Perkembangan Pendidikan di India
India telah menjadi pijakan utama dalam nilai-nilai pembelajaran dari masa ke masa. Namun demikian, ketika negara India memiliki beberapa universitas terbaik di dunia, seperti BITS, ISB, IITs, NITs, IISc, IIMs, AIIMS, mereka masih harus mengatasi tantangan dalam pemenuhan pendidikan dasar guna mencapai angka 100% melek huruf. Pendidikan dasar dan wajib yang bersifat universal, disertai dengan tantangan untuk menjaga anak-anak dari keluarga kurang mampu untuk bersekolah, serta menjaga kualitas pendidikan di daerah pedalaman, menjadi kendala terberat untuk menuntaskan target tersebut.
Hingga kini hanya negara bagian Kerala yang telah melakukan pencapaian target tersebut. Seluruh tingkat pendidikan, mulai dari tingkatan pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi, menjadi perhatian khusus dari Department of Higher Education dan Departement of School Education and Literacy. Pada tingkatan tersebut diberikan subsidi sangat besar oleh Pemerintah India, meskipun terdapat wacana menjadikan pendidikan tinggi untuk mencari pembiayaan sendiri secara terpisah.
Menurut catatan pemerintah Inggris, pendidikan adat yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat India telah hilang pada abad ke-18 dengan suatu pola di mana terdapat satu sekolah untuk setiap kuil, masjid atau desa yang berada hampir di seluruh wilayah negara India. Bidang pendidikan yang diajarkan pada saat itu meliputi teknik membaca, menulis, aritmatika, teologi, hukum, astronomi, metafisika, etika, ilmu kedokteran, dan agama. Sekolah-sekolah tersebut umunya diikuti oleh perwakilan pelajar dari seluruh lapisan masyarakat.
Sistem pendidikan India saat ini menggunakan pola dan substansi yang diadopsi dari negara barat, di mana pertama kali diperkenalkan oleh negara Inggris pada abad ke-19 yang merupakan rekomendasi dari Macaulay. Struktur tradisional tidaklah dikenal oleh pemerintahan Inggris dan struktur demikian telah dihapuskan pada saat itu juga. Mahatma Gandhi menjelaskan bahwa sistem pendidikan tradisional merupakan suatu pohon ilmu yang sangat indah, namun telah dihancurkan selama berkuasanya Inggris di negara tersebut. Sejarah mencatat bahwa universitas kedokteran pertama di negara bagian Kerala dimulai di Calicut pada tahun 1942-1943 pada masa perang dunia kedua. Dikarenakan kurangnya dokter untuk dapat diabdikan pada tugas militer, Pemerintah Inggris memutuskan untuk membuka cabang Universitas Kedokteran Madras di Malabar yang kemudian berada di bawah Kepresidenan Madras. Setelah berakhirnya perang, universitas kedokteran di Calicut ditutup dan para pelajar tersebut melanjutkan studinya di Universitas Kedokteran Madras.
Dalam kurun waktu 1979-80, Pemerintah India melalui Departemen Pendidikan meluncurkan suatu program bernama Non-Formal Education (NFE) untuk anak-anak berumur kelompok 6 hingga 14 tahun yang tidak dapat bergabung dalam sekolah reguler. Anak-anak ini termasuk mereka yang putus sekolah, anak yang sedang bekerja, anak-anak dari area yang tidak terdapat akses untuk sekolah, dan sebagainya. Fokus utama dari pola ini ditujukan untuk sepuluh negara bagian yang memilik pendidikan terbelakang.. Selanjutnya, program ini diteruskan untuk daerah pedalaman termasuk daerah perbukitan, pedesaan, dan gurun di negara-negara bagian lainnya. Hingga kini program tersebut masih berlangsung di 25 negara bagian. 100% perbantuan diberikan kepada organisasi sosial secara sukarela untuk menjalankan pusat NFE tersebut.
D.    Kebijakan Pendidikan India
Kebijakan Nasional Pendidikan 1986 merupakan satu dari beberapa langkah maju yang dilakukan melalui penyediaan pendidikan dasar dan rekomendasi atas pendidikan gratis dan wajib dalam rangka pemenuhan kualitas bagi seluruh anak hingga berumur 14 tahun sebelum abad ke-21. Tujuan dari universalisasi pendidikan dasar bersumber pada tiga aspek: Petama, akses dan pendaftaran secara universal; Kedua, daya ingat yang universal dari anak hingga umur empat belas tahun; dan Ketiga, membawa peningkatan substansial kualitas pendidikan yang memungkinkan seluruh anak untuk mencapai tingkatan yang esensial dalam belajar. Kebijakan pemerintah yaitu untuk memotivasi anak agar menghadiri kelas secara reguler dan untuk meningkatkan fasilitas dalam sistem persekolahan, menyediakan pelatihan untuk guru, dan meningkatkan kemahiran belajar dari anak; serta melaksankan pendidikan wajib dengan langkah-langkah yang mempunyai sanksi.
Upaya lainnya terhadap pemenuhan pendidikan gratis yaitu melalui Pemerintah Negara Bagian, yang telah secara aktif menghapuskan biaya sekolah pada Sekolah Negeri hingga sekolah dasar tingkat atas. Usaha-usaha juga telah dilaksanakan oleh badan-badan lokal dan institusi donor swasta untuk menjadikan pendidikan benar-benar gratis dalam segala hal.
Dalam perkara Coomon cause v. Union of India (Perkara No. 697 Tahun 1993), Pemohon menuntut kepada Pengadilan untuk meminta Pemerintah menyediakan segala fasilitas demi pencapaian target universal, pendidikan gratis dan wajib untuk anak hingga berumur empat belas tahun, paling lambat di akhir tahun 1999. Setelah mendengarkan keterangan para pihak, Hakim yang bersangkutan menolak untuk mengabulkan permohonan Pemohon dan menyarakan kepadanya untuk menarik kembali permohonan tersebut.
Peluang untuk mengesahkan suatu undang-undang mengenai pendidikan gratis dan wajib serta implikasi dalam penerapannya telah dibahas dan menjadi diskursus yang sangat menarik selama sekian tahun. Setelah dilakukan analisa mendalam oleh berbagai ahli, wajib pendidikan dasar juga disadari akan membawa dampak positif terhadap penghapusan buruh anak.
Perkembangan setiap negara maju, dan kini diikuti oleh negara berkembang, mereka telah mendeklarasikan bahwa seluruh anak yang berumur enam hingga duabelas atau empatbelas tahun harus mengenyam pendidikan sekolah dasar. Terlepas dari seberapa besar kebutuhannya, tidak ada satu orang tua pun yang diizinkan untuk memutus pendidikan anak dari sekolah. Bahkan, sekolah yang dihadirinya akan dipantau oleh badan otoritas lokal dan pemerintahnya akan diwajibkan untuk menyediakan sekolah dasar dalam jarak yang wajar untuk seluruh anak dalam usia sekolah. Oleh karenanya, undang-undang yang dibuat memuat kewajiban secara spesifik bagi anak, orang tua, badan-badan lokal, dan pemerintah. Pegawai lokal, para pengajar, dewan pengurus sekolah dapat mengunjungi rumah orang tua sang murid yang telah memindahkan anaknya dari sekolah guna memberitahukan bahwa menghadiri kelas adalah wajib. Dalam waktu beberapa tahun implementasi norma tersebut telah menyadarkan seluruh negeri India bahwa seluruh anak harus datang ke sekolah. Suatu norma seperti ini dapat lebih dilaksanakan oleh berbagai tekanan masyarakat dibandingkan tekanan oleh badan yang berwenang. Salah satu pandangan yang menguatkan ketentuan tersebut bahwa kebijakan ini merupakan ekspresi dari “political will” dan hal tersebut mengirimkan pesan kuat kepada masyarakat internasional bahwa India sangat serius dalam menghapuskan buruh anak.
Terdapat juga satu pemikiran lain yang meyakini bahwa ketentuan hukum dengan menyediakan pendidikan wajib mungkin bukan suatu solusi yang efektif untuk situasi dan keadaan di negara India. Pengalaman dari negara Afrika menunjukan bahwa legislasi seperti wajib sekolah seharusnya tidak diperkenalkan, hal mana terdapat tempat-tempat di mana anak ingin terdaftar di dalamnya tetapi mereka tidak dapat diterima karena minimnya infrastruktur dan ketersediaan ruangan. Negara-negara bagian di India yang hampir mendekati target universalisasi pendidikan dasar seperti di Kerala dan Tamil Nadu, legislasi akan dapat membantu mereka yang keluar dari sekolah. Pemikiran seperti ini memberikan argumen bahwa sangatlah penting untuk tidak hanya meningkatkan anggaran umum pada dunia pendidikan tetapi juga memperkenalkan cara-cara untuk mengurangi pembiayaan sekolah. Walaupun hal tersebut merupakan solusi yang parsial, menurut mereka, hal itu lebih penting untuk kepentingan orang tua yang mungkin merasakan bahwa kesempatan dan biaya sekolah masihlah sangat tinggi. Hal ini secara esensial dapat dilihat sebagai permasalahan sikap, yaitu sikap dari orang tua terhadap pendidikan anak-anak mereka, sikap negara terhadap buruh anak dan terhadap peningkatan kualitas sistem pendidikan. Suatu legislasi tidak dapat dengan sendirinya ditegakkan.Langkah-langkah kuat dalam hal penegakkan juga harus didirikan.







BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Ada sebuah hadist mengenai pendidikan, yang dalam bahasa Indonesia berbunyi: “Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina”. Dalam hadist ini muncul satu negara, yaitu negeri Cina. Dalam buku Muhammad Said dan Junimar Affan (1987: 119) yang berjudul Mendidik Dari Zaman ke Zaman dikatakan bahwa: “Di negeri Cina pendidikan mendapat tempat yang penting sekali dalam penghidupan”. Dengan mendapatkan peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat, membuat sistem pendidikan di Cina meningkat.
Dalam kurun waktu 1979-80, Pemerintah India melalui Departemen Pendidikan meluncurkan suatu program bernama Non-Formal Education (NFE) untuk anak-anak berumur kelompok 6 hingga 14 tahun yang tidak dapat bergabung dalam sekolah reguler. Anak-anak ini termasuk mereka yang putus sekolah, anak yang sedang bekerja, anak-anak dari area yang tidak terdapat akses untuk sekolah, dan sebagainya.
B.     Saran
Kami dari kelompok VII hanya dapat memberikan saran Bagi para pembaca, jika ingin menambah wawasan dan ingin mengetahui lebih jauh lagi, maka penulis mengharapkan dengan rendah hati agar membaca referensi atau buku-buku panduan lainnya.
Akhirnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi kita semua. Amien…..

DAFTAR PUSTAKA
http://juanfranklinsagrim.blogspot.com.2010 Pendidikan di Cina dan Sistem Pendidikan Cina.
http//:google.com. Posted by AnRul on April 21, 2010. Perkembangan Pendidikan di India.